Semakin terpuruknya prestasi sepakbola Indonesia di tahun 2009 ini, membuat masyarakat pecinta sepakbola nasional menjadi semakin kecewa. Wajar saja mengingat prestasi tim nasional yang diharapkan semakin jauh dari kenyataan. Kekecewaan ini semakin memuncak ketika
timnas U-23 Indonesia menjadi juru kunci dalam Sea Games 2009 beberapa waktu yang lalu.
Sungguh sebuah kado penutup tahun yang sangat menyesakkan bagi persepakbolaan nasional. Bermain imbang melawan Singapura di awal kompetisi, memberikan sedikit harapan akan datangnya sebuah prestasi. Namun begitu kalah dari tim yang selama ini menghuni lapisan kedua di ASEAN, Laos, ditambah kekalahan dari Myanmar pada pertandingan terakhir membuat kekecewaan itu berlanjut. Kekecewaan dan mungkin pemicu kemarahan, inilah yang didapat para pecinta sepakbola nasional, bukan prestasi.
Wajar apabila masyarakat pecinta sepakbola nasional menjadi geram dan menuntut berbagai macam perubahan, ini lebih baik seandainya sikap yang datang adalah apatisme dan kecuekan dengan prestasi sepakbola nasional. Bibit-bibit apatisme ini sebenarnya sudah mulai muncul, kalau prestasi timnas terus jeblok, bibit kecuekan ini akan semakin tumbuh. Harus ada suatu gebrakan yang mencegah sikap apatisme ini atau sepakbola Indonesia akan semakin karam.
Sepakbola Itu Milik Rakyat
Jumlah manusia yang menggemari sepakbola di Indonesia sebenarnya cukup banyak. Meskipun dari sisi prestasi sepakbola kalah dari bulu tangkis, tinju bahkan catur, namun orang-orang yang sangat mencintai sepakbola di Indonesia jauh lebih besar daripada cabang olahraga lain.
Sekali lagi bicarabola akan memberikan sedikit ilustrasi. Di Indonesia terdapat 18 klub anggota Liga Super, 33 klub anggota divisi utama, 59 klub anggota divisi satu, dan 81 klub anggota divisi dua. Apabila dihitung secara rata-rata, pendukung sebuah klub sepakbola di Indonesia mencapai 10.000 orang. Maka terdapat sekitar 2 juta suporter klub sepakbola, belum lagi penggemar sepakbola yang tidak menjadi bagian dari suporter klub.
Bahkan jumlah pendukung klub asal Inggris yang batal datang ke Jakarta, Manchester United, di Indonesia di klaim ada sebanyak 28 juta orang. Seandainya itu betul dan prestasi tim nasional benar-benar bagus, mungkin ada 50 juta pendukung tim nasional Indonesia, atau hampir seperempat dari jumlah penduduk Indonesia saat ini.
Jumlah penggemar sepakbola di Indonesia mungkin sama dengan total penduduk di negara tempat Piala Dunia 2010 nanti berlangsung, Afrika Selatan. Bahkan bisa saja melebihi total penduduk di negara kuat sepakbola, Argentina, yang total penduduknya hanya mencapai 40 juta orang. Inilah yang semestinya menjadi gambaran dari penguasa sepakbola Indonesia, PSSI, mengapa rakyat Indonesia begitu merindukan prestasi tim nasionalnya.
Perbaikan Sepakbola Indonesia
Saat ini yang dibutuhkan adalah sebuah revolusi di dalam tubuh PSSI, bukan hanya terhadap Ketua Umumnya, namun lebih kepada program dan manajerial dari PSSI itu sendiri. Figur Ketua Umum memang penting sebagai penanggung jawab pelaksanaan program, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana merencanakan dan mengaplikasikan program itu sendiri.
Rencana tanpa perbuatan hanya akan menjadi seonggok kertas dan ucapan yang tidak berguna. Bukan ingin menggurui atau merasa sok tahu, sedikit ingin berbagi demi kemajuan sepakbola Indonesia boleh saja kan? Sebagai wujud cinta kepada sepakbola Indonesia, bicarabola.com juga ingin sedikit mengingatkan kembali tentang bagaimana mewujudkan sepakbola Indonesia yang lebih baik. Meski sudah sering disinggung dalam berbagai media, inilah beberapa hal yang harus diperbaiki oleh PSSI diantaranya.
1. Penegakan Aturan dan Disiplin
2. Perbaikan Manajemen Organisasi
3. Perubahan Pola Pembinaan
4. Peningkatan Profesionalisme Klub
5. Perbaikan Kualitas Mental dan Sikap Pemain
6. Perbaikan Kualitas Perangkat Pertandingan
A. Penegakan Aturan dan Disiplin
Penegakan Aturan dan Disiplin merupakan titik lemah dalam pelaksanaan sepakbola di Indonesia. Dari contoh kecil saja, kalau kita melihat dalam siaran langsung atau berada di dalam stadion, terlalu banyak orang-orang yang tidak berkepentingan berada di bench/tempat duduk pemain cadangan dan berada di area lapangan. Hal-hal kecil ini seringkali dilanggar dan menimbulkan kesan bahwa aturan dalam sepakbola Indonesia mudah dilanggar.
Selain itu, eskipun sudah ada komisi disiplin dan komisi banding, seringkali hukuman mudah sekali diampuni oleh hak prerogatif Ketua Umum, aturan ini sebaiknya ditinjau ulang karena lebih banyak sisi kontroversialnya daripada usaha untuk membangun sepakbola Indonesia.
Yang paling penting adalah berupa manual atau buku pedoman aturan yang dibuat sebaik mungkin dan sedetail mungkin. Jangan sampai aturan yang ada mudah dicari celahnya sehingga penegakan aturan menjadi mubazir. Aturan yang ambigu dan multi tafsir harus segera diganti.
Ingat kasus pemogokan Persipura. Suatu hal yang tidak pantas dilakukan dan sangat menodai fair play hanya diberi hukuman yang menurut saya sangat ringan, karena aturan atau pasal yang ada hanya mampu memberikan hukuman ringan. Memang hukuman tidak boleh mematikan hak untuk keberlangsungan hidup, namun hukuman dibuat untuk memberikan efek jera serta pembinaan bagi sepakbola itu sendiri.
B. Perbaikan Manajemen Organisasi
Manajemen adalah suatu proses merencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasi secara efisien dan efektif. Perilaku, struktur dan proses yang terarah dan teratur dari suatu organisasi terkait dengan visi, misi dan strateginya, merupakan bagian dari suatu bagian proses manajemen organisasi. Sekali lagi bahwa tanggung jawab dalam sebuah organisasi tidak hanya terletak pada satu orang, dalam sebuah organisasi masing-masing individu yang terlibat di dalamnya mempunyai tanggung jawab sesuai dengan job deskripsi/wilayah kerja nya.
Namun pertanggung jawaban teringgi di dalam sebuah organisasi tertinggi adalah Ketua atau Pemimpinnya, karena sesuai jalur struktur laporan dan pertanggung jawaban, yang terakhir kali mendapat laporan adalah sosok pemimpinnya ata ketuanya. Pemimpin lah yang menentukan arah kebijakan untuk dibagikan dan didiskusikan kepada anggota sehingga menjadi sebuah ketetapan.
Yang menarik dari hal ini adalah sebuah pernyataan dari Ketua Umum PSSI yang saya kutip dari
situs online PSSI ketika menyikapi kegagalan timnas U-23 Indonesia di Sea Games 2009. Berikut saya kutipannya, “Saya baru tahu kalau pelatih kepala Alberto Bica itu tidak bisa berbahasa Inggris apalagi Indonesia. Bagaimana dia bisa berkomunikasi dengan baik kepada para pemainnya,” kata Nurdin Halid.
Wow…seorang Ketua Umum tidak tahu kebijakan memilih pelatih di dalam tubuh organisasinya sendiri, hal ini sangat disayangkan. Proses pemilihan pelatih boleh saja di berikan kewenangannya kepada pihak lain, namun fungsi kontrol ketua tetap harus ada, sesuatu hal yang dianggap tidak wajar bisa didiskusikan dan dicari pemecahannya. Hal-hal seperti inilah yang sepatutnya diperbaiki oleh PSSI.
C. Perubahan Pola Pembinaan
Pembinaan berjenjang memang sudah mulai digalakkan oleh PSSI, terbukti dengan adanya kompetisi berkala di tingkat dini, dan saat ini juga muncul Liga Pendidikan Indonesia (LPI) sebuah wadah lain dari pencarian bibit unggul sepakbola yang tidak atau belum sempat terpantau di klub.
Liga ini menurut saya sangat baik, karena rata-rata orang tua akan lebih memilih pendidikan sebagai modal utama anaknya daripada harus berlatih di SSB (Sekolah Sepak Bola) yang dianggap sebagai kegiatan sampingan saja atau sekedar menyalurkan hobi. Dengan adanya Liga Pendidikan, calon pemain bola yang belum ada kesempatan berlatih di SSB akan dapat terpantau.
Tetapi beberapa kebijakan PSSI mesti segera di evaluasi. Pengiriman pemain ke luar negeri yang sering dilakukan mulai dari Garuda, Primavera hingga sekarang SAD Indonesia belum mampu memberikan hasil positif bagi perkembangan sepakbola Indonesia.
Alangkah lebih baik apabila uang/dana untuk mengirimkan pemain ke luar negeri diberikan kepada klub sebagai modal awal membangun sebuah SSB yang berkualitas dengan memproduksi pelatih tim yunior yang berkualitas pula atau digunakan untuk memperbaiki kompetisi tingkat yunior.
D. Peningkatan Profesionalisme Klub
Analogi bagi klub-klub sepakbola di Indonesia saat ini seperti seorang anak yang sedang belajar berenang, namun dengan sangat percaya diri, anak ini menceburkan diri ke sebuah kolam yang sangat dalam supaya terlihat sudah pandai berenang, karena anak ini tahu bahwa pasti ada yang akan menolongnya ketika akan tenggelam.
Nekat, inilah yang terjadi pada klub-klub di Indonesia. Hal ini salah satunya dipicu oleh masih diperbolehkannya klub sepakbola menggunakan dana APBD. Dana rakyat ini digelontorkan sebagai sebuah hibah, yang intinya klub diperbolehkan menghabiskan dana ini tanpa harus berpikir, bagaimana mengembalikan dana ini.
Nilai kontrak pemain yang melambung tinggi merupakan salah satu imbas dari penggunaan dana rakyat ini. Toh, klub hanya perlu mencantumkan jumlah nilai kontrak ini dalam laporan pertanggung jawaban tanpa harus berpikir bagaimana mengembalikan jumlah uang yang sudah dikeluarkan.
Seandainya dana ini habis, klub masih bisa mengajukan dana tambahan. Klub masih seperti anak-anak yang masih harus disuapi. Seandainya ingin sepakbola Indonesia bergerak maju, klub harus berani dibiarkan mandiri tanpa harus bergantung dari APBD.
E. Perbaikan Kualitas Pemain
Akibat dari melonjaknya nilai kontrak jelas sangat menguntungkan pemain. Seorang pemain berhak mendapatkan nilai kontrak besar, namun juga semestinya di sesuaikan dengan apa yang dapat diberikan pemain tersebut, bukan hanya memberikan kemenangan untuk klub namun juga kepada kontribusi lain seperti pemasukan keuangan klub misalnya.
Turunan dari nilai kontrak yang tinggi membuat pemain Indonesia cepat puas walau hanya bermain di Liga Indonesia. Dengan kemampuan pas-pasan toh masih ada yang mau mengontrak mereka dengan harga tinggi. Hal inilah yang membuat Indonesia baru bisa mengimpor pemain bola dengan uang rakyat, namun belum bisa mengekspor para pemain menjadi sumber devisa.
Yang lebih ironis, beberapa pemain yang keluar masuk timnas malah menjadi bagian dari “top 5 in trouble” dalam jumlah kartu kuning dan kartu merah yang dirilis oleh ligaindonesia.co.id (19 Desember 2009). Sikap mental inilah yang harus diperbaiki oleh PSSI dengan meningkatkan pula kualitas pengadil di lapangan serta menggandeng klub untuk mengelola kontrak lebih rasional.
F. Perbaikan Kualitas Perangkat Pertandingan
Perangkat pertandingan disini termasuk pengawas pertandingan, wasit, pemain, dan panitia penyelenggara pertandingan. Fungsi pengawas pertandingan bisa lebih dimaksimalkan, bukan hanya sekedar memberi laporan tertulis namun juga dapat berupa gambar visual sehingga mampu menjadi sebuah alat bukti ketika terjadi pelanggaran.
Sedangkan Panpel (Panitia Penyelenggara Pertandingan) harus dikelola dengan baik. Pengelolaan penjualan tiket, strategi dan rencana pengamanan yang baik dan terkoordinasi, serta upaya promosi harus lebih ditingkatkan. Sehingga sebuah pertandingan tidak hanya sekedar terlaksana dan memberikan untung, namun juga mampu menyuguhkan sebuah tontonan yang nyaman dan aman yang muaranya dapat menjadi kampanye kemajuan pertandingan sepakbola Indonesia.
Wasit yang terus menjadi sorotan merupakan pekerjaan rumah terpenting dari peningkatan kualitas perangkat pertandingan. Jumlah wasit di Indonesia telah mencapai ratusan, namun hanya lima orang yang bersertifikat FIFA. Jumlah yang minim untuk ukuran kompetisi sepakbola yang besar seperti Liga Indonesia.
Meski PSSI terus menggelar kursus perwasitan, namun masih sedikit wasit Indonesia yang berkualitas. Disini wasit ditantang untuk lebih memahami aturan yang berlaku, jangan sampai penonton lebih tahu aturan daripada wasit dan bagaimana aplikasi dari aturan itu berwujud sebuah ketegasan ketika wasit memimpin sebuah pertandingan di lapangan.
Mampukah sepakbola Indonesia berkembang dan bergerak maju? Butuh dukungan dari berbagai elemen dan tentunya butuh kemampuan lebih dari PSSI sebagai roda penggerak sepakbola Indonesia sekaligus sebagai fungsi regulator. Juga PT. Liga Indonesia sebagai eksekutor pelaksanaan Liga di Indonesia dan tak lupa peran masyarakat pecinta sepakbola Indonesia untuk terus mengawal rencana dan program pencapaian prestasi sepakbola Indonesia. Maju terus sepakbola Indonesia, salam sepakbola!