Kamis, 30 Juni 2011

HAri terakhir MAsa SMA..


Satu tahun yang lalu gue inget kalau gue pernah update status di FB yang berisi kalau gue membenci tanggal 1 Juli, dan disaat itulah menibulkan kontroversi dari orang yang berulang tahun tanggal 1 Juli, sejujurnya gue bukannya gak menghargai tanggal 1 Juli karena gue tahu kalau kelahiran seseorang itu sudah merupakan kehendak Tuhan, tapi dari pengalaman gue selama sekolah baik SD, SMP, ataupun SMA selalu berakhir di tanggal 30 juni yang notabene merupakan akhir dari tahun ajaran, itu berarti setiap tanggal 1 juli pasti dimulai dengan tahun ajaran baru. Ok sekarang gue akan coba menulis pengalaman hari terakhir gue di SMA yang gue alami pada saat tanggal 30 juni 2009.

Ok let’s cekidot…

Back to 30 juni 2009. Pukul 4.30 pagi, Allahuakbar Allahuakbar… itulah suara adzan Shubuh yang membangunkanku dari tidur, tapi oh My God gue masih aja kepikiran si dia. Sejujurnya saat itu gue belom bisa melupakan salah satu mantan gue yang baru putus sekitar sebulan yang lalu. Tapi gue mencoba untuk tak memperdulikan pikiran gue itu dan gue langsung aja ambil air wudlu untuk sholat Subuh, dan alhasil sholat gue gak khusu karena pikian gue masih ke mantan gue terus. Sebenarnya sudah sebulan terakhir gue mengalami seperti ini entah itu makan, sholat, ataupun beraktifitas lainnya gue selalu kepikiran mantan gue terus. Memang sangat sulit melupakan orang yang dulunya pernah kita sayang, sejujurnya gue menderita dengan keadaan gue saat itu dan gue selalu berharap agar gue bisa cepet moving on, dan bisa melakukan segala sesuatu dengan normal.

Setelah sholat guepun memohon pada Tuhan agar bisa cepat moving on, setelah itu gue nonton berita olahraga  di tv pukul 5.30 pagi. Beberapa saat kemudian temen gue sms menanyakan mau dataeng jam berapa nanti ke sekolah mengingat sekarang adalah hari pembagian rapot akhir kelas 3 SMA, saat itu gue sambil berfikir “aduh gak terasa tau2 udah hari terkhir aja gue jadi anak SMA perasaan baru masuk kemaren…”. Tapi gue merasa beruntung karena wali kelas  gue memperpanjang masa SMA gue dan temen2 sekelas gue hingga 3 hari, karena setahu gue disekolah lain sudah pembagian rapot tanggal 27 Juni.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi, guepun mandi dan bergegas ke sekolah untuk mengambil rapot tentunya bersama orang tua dan saat itu aku pergi bersama ayahku tercinta, hehe. Sebelum berangkat gue makan secukupnya dan pada saat akan mencari sepatu untuk dipakai, gue menemukan sebuah sepatu yang warnanya sama dengan warna sepatu yang dipakai mantan gue saat terakhir kali jalan sama gue, sepatu itu sama sekali belum pernah gue pakai buat kesekolah karena warnanya yang bertentangan dengan ketentuan sekolah. Kemudian gue yang saat itu belum bisa melupakan mantan gue berfikir bahwa gak ada salahnya gue memakai sepatu itu sebagai bentuk penghormatan untuk mantan gue, karena hari itu adalah hari pembagian rapot jadi semua siswa bebas menggunakan pakaian atau sepatu apa aja...

Kemudian pukul 9.15 pagi gue berangkat kesekolah bersama papa menggunakan mobil, selagi perjalanan gue berbincang-bincang dengan papa tentang masa depan gue kelak setelah lulus SMA. Sesampainya disekolah gue bertemu dengan beberapa temen gue yang sedang menunggu wali kelas gue yang saat itu tak kunjung datang. Beberapa saat kemudian wali kelas datang, kemudian selagi menuggu giliran gue menerima rapot, guepun iseng mengambil foto dengan handphone gue sudut demi sudut SMA gue yang boleh dibilang disitulah tempat-tempat yang menyisakan kenangan selama 3 tahun, yang menjadi saksi bisu saat-saat suka maupun duka, atau yang menjadi kenangan manis ataupun kenangan pahit, dan semua itu adalah saat-saat berkesan yang tak terlupakan.

Beberapa saat kemudian giliran gue untuk menerima rapotpun tiba, Alhamdulillah nilai gue bagus2, boleh dibilang dismester akhir kelas 3 ini adalah nilai rapot terbaik gue diantara semester-semester sebelumnya, Thank’s ya Allah.

Pukul 11.00 siang gue pulang, dan akhirnya sampai dirumah guepun beristirahat sejenak sambil menonton tv, lagi-lagi gue kepikiran lagi sama mantan gue. Arrghht gue merasa sangat menderita sudah sebulan lebih kenapa masih susah untuk melupakan, rasanya perasaan moving on itu sesuatu yang mahal harganya. Kemudian Handphone gue berbunyi ternyata ada sms dari teman SMA gue si chabun, dia mengajak gue untuk ke SMAN 1 Bekasi untuk daftar SNMPTN, yah gue berfikir daripada gue dirumah terus kepikiran mantan gue lebih baik gue nemenin chabun ke SMA 1.

Sekitar pukul 12.30 siang chabun tiba dirumah gue, kemudian gue sama Chabun langsung pergi ke SMA 1. Sesampainya di SMA 1 gue sama chabun langsung masuk kebagian yang berkepentingan mengurus SNMPTN, setelah semua pendaftaran SNMPTN sudah beres gue sama chabun ngaso sejenak dikantin sekolah sambil bercanda-canda melihat beberapa keanehan di sekolah itu diataranya murid yang bermain sepatu roda diatas aspal yang tidak rata, ataupun kaca gelap di yang ditulisi dengan tulisan “Awas Kaca” sungguh membuat ketawa semuanya…
Beberapa saat kemudian gue dan chabun bergegas keluar dari SMA 1, di perjalanan melewati lapangan sekolah gue melihat anak-anak SMA yang tertawa-tawa, ataupun bercanda-canda dengan lucunya, gue sempet ngiri dan berfikiran mungkin hari-hari esok gue udah gak bisa lagi seperti mereka karena hari ini adalah hari terakhir gue di SMA.

Sekitar pukul 13.30 siang gue dan chabun meninggalkan SMA 1, dan tiba-tiba chabun mengajak untuk mampir kerumah Gery karena jarak rumahnya yang dekat dengan SMA 1. Kemudian sesampainya dirumah Gery, kami bertiga bercanda-canda sambil minum es kelapa muda dan yang paling penting adalah saling cerita-cerita tentang masa-masa SMA, cerita dari hari pertama masuk SMA ataupun saat-saat senang dan sedih yang pernah dialami ketka SMA. Ketika itu gue bener-bener merasa larut dalam obrolan seakan hari esok gue gak akan bertemu mereka lagi. Gue juga sempet teringat sekitar 4 bulan yang lalu gue sempet ada konflik pertemanan dengan gery, tapi di hari itulah seakan semuanya menjadi akur kembali. Mereka bener-bener sahabat gue yang ketika itu membuat semuanya berkesan walaupun masih ada beberapa orang lagi yang menjadi sahabat gue di SMA. Disaat itu pula, membuat gue sadar ternyata persahabatan itu lebih penting dari percintaan. Walaupun sebanyak-banyaknya mantan pacar gue yang putus dari gue, tapi gue percaya kalau hubungan persahabatan itu takkan pernah terputus. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan: “Cinta dimulai dari mata, dirangkai dengan kata-kata, dan berakhir dengan air mata, sedangkan Persahabatan dimulai dengan senyuman, dirangkai dengan pengertian, dan berakhir dengan kematian”. Saat itulah gue mulai bisa untuk moving on dari mantan gue, karena gue tahu gue masih punya sahabat yang lebih care dan pengertian sama gue.

Memang saat gue berkumpul dengan kedua teman gue itu, menggabarkan sepenggal lirik dari lagu Sheila On 7 sebuah kisah klasik untuk masa depan.

“Jabat tanganku mungkin untuk yang terakhir kali, kita berbincang tentang memori dimasa itu. Kita terharu seakan tiada bertemu lagi. Bersenang-senanglah karena hari ini akan kita rindukan dihari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan, bersenang-senanglah karena waktu ini akan kita banggakan dihari tua… Sampai jumpa kawanku semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan…”.

Sekitar pukul 15.30 sore gue dan chabun berpamitan untuk pulang dari rumah gery. Beberapa saat kemudian gue sampai dirumah dan chabun langsung pulang kerumahnya. Setelah itu gue langsung ke kamar untuk tidur-tiduran alangkah bahagianya hati ini karena gue sudah bisa sedikit untuk moving on melupakan mantan gue, tapi setelah gue fikir2 gue juga harus minta maaf sama mantan-mantan gue karena gue sudah banyak menyakiti hati mereka, dan setidaknya gue bisa mengucapakan kata-kata perpisahan karena setelah hari ini gue sudah harus meninggalkan masa SMA, karena biar bagaimanapun mantan2 gue itu pernah mewarnai hari-hari gue saat SMA.

Kemudian gue mengsms beberapa teman gue untuk meminta dibuatkan kata-kata terakhir untuk mentan-mantan pacar gue, ternyata ade kelas gue namanya Tami, sekaligus temen curhat gue waktu SMA, membuatkan kata-kata perpisahan yang sederhana tapi bagus menurut gue, yah walaupun Tami sempet mengaku kalau saat itu dia sedang sakit, tapi dia sempatkan untuk membuat kata2 perpisahan yang gue minta, lagi-lagi teman memang selalu ada disaat dibutuhkan. Kata-kata perpisahan itu seperti ini.

“Waktu begitu cepat berlalu tibalah kini aku mengucapkan salam perpisahanku, bagi kalian yang sudah membahagiakanku, terimalah tanda terimakasihku walau hanya dengan rangkaian kata sederhana. Maafkan segala kesalahan yang masih membekas diingatanmu. Entah dengan apa aku akan menebusnya di demensi waktu yang akan datang…” (Ridho Febryan).

Kemudian tetangga gue yang menjadi sahabat gue sejak kecil sempat kerumah gue dan juga membuatkan sebuah kata perpisahan, kata-katanya seperti ini.

“Selamat jalan my little angels yang pernah datang di kehidupanku. Kau tetap ku kenang dihatiku, selamat tinggal, dan selamat bahagia untukmu…”

Tapi gue tetap memilih kata2 perpisahan yang pertama yang dari tami untuk diberikan kepada mantan-mantan gue karena gue anggap lebih pas sama gambaran keadaan saat itu. Tapi gue memilih kata perpisahan yang pertama bukan karena gue gak menghargai tetangga gue yang membuatkan kata perpisahan yang kedua, gue menghargai dia karena gue teringat lagi2 sekitar 3 bulan sebelum ini gue sempat ada konflik antara gue dan dia, sepanjang 3 bulan itu gue serasa kehilangan tetangga yang sekaligus sahabat gue itu, hanya baru beberapa hari ini gue akur lagi sama dia, dan gue juga gak mau berkonflik lagi dengan dia, ataupun dengan sahabat2 gue yang lain. Karena bagi gue “Sahabat itu lebih susah dicari ketimbang pacar”. Beberapa saat kemudian tetangga gue itupun pulang, syukurlah tampaknya dia tidak marah sama gue walaupun gue lebih memilih kata2 perpisahan yang dari adik kelas gue tersebut.

Beberapa jam kemudian tepatnya setelah sholat Isya gue kirimkan kata-kata itu melalui sms untuk 4 orang wanita yang pernah jadi pacar gue sewaktu SMA, tapi hanya 2 orang yang membalas SMS itu mungkin yang 2nya lagi sudah illfeel sama gue, yah tapi walaupun begitu gue menghargai kok perasaan mereka karena biar bagaimanapun gue sudah pernah berbuat kesalahan yang mungkin sangat menyakitkan bagi mereka, tapi yasudahlah mau dimaafin atau tidak yang penting gue sudah dengan tulus mengantarkan maaf untuk mereka.

Setelah gue minta maaf dan mengucapkan kata-kata perpisahan terakhir untuk mantan2 gue, gue teringat kalau saat SMA ada wanita yang menjadi cinta pertama gue walaupun gue gak pernah jadian sama dia karena mungkin kurangnya moment dan komunikasi diantara kita berdua (maklum waktu itu gue masih kelas 1 masih belum berani dan malu2 untuk dekat sama cewe, dan juga belum berpengalaman untuk nembak, tapi dari 2 bulan sebelum gue lulus, gue sudah pernah bilang ke dia kalau gue suka sama dia dan dia adalah first love gue di SMA. Tapi walaupun gue bilang sayang bukan berarti gue nembak dia, gue cuma sekedar mengungkapakan agar semuanya menjadi jelas, dan juga disaat itu gue sudah punya pacar dan dia mungkin juga sudah punya pacar, dan disaat itulah guepun menyadari bahwa cinta itu tak harus memiliki, hehe). Kemudian gue berfikir untuk memberikan dia sesuatu yang mungkin bisa dikenang ataupun bisa menjadi kenang-kenangan gue buat dia. Gue teringat saat pulang dari pelepasan murid kelas 3 di Bandung, gue sempet akan memberikan dia sebuah gelang yang gue beli di Bandung tapi dasar sial saat itu gelang yang akan gue berikan hilang di bis, karena itu mungkin dihari inilah gue bisa memberikan sesuatu yang mungkin bisa jadi kenang2an buat dia. Sekarang waktu sudah malam hari, gue berfikir gak mungkin gue keluar untuk membeli sesuatu dan memberikannya ke dia, akhirnya gue putuskan untuk memberikan dia sebuah SMS yang berisi penggalan lagu yang mencerminkan perasaan gue ke dia yaitu gue memberikan penggalan sebuah lirik lagu kerispatih yang berjudul tak lekang oleh waktu. Seperti ini SMS yang gue kirim buat dia.

“Tak akan ku ingkari terlalu banyak cinta yang mengisi datang dan pergi, namun tak pernah bisa lenyapkanmu dibenakku. Dirimu dihatiku tak lekang oleh waktu meski kau bukan milikku, intan permata yang tak pudar tetap bersinar mengisi kesepian jiwaku…”

Itu adalah sebuah penggalan lagu dari band kerispatih yang memang mencerminkan perasaan dan keadaan gue terhadap cinta pertama gue sewaktu SMA, kemudian diakhir kata dri SMS itu gue tulis agar dia jangan menghapus SMS ini sampai kapanpun (tapi gue juga gak tahu sampai sekarang dia masih menyimpan SMS itu atau sudah dihapus, tapi andaikan sudah dihapus juga gapapa yang penting gue sudah memberikan sesuatu untuk dia dihari terakhir ini, dan seperti kata pepatah “Untuk memberi itu tak harus mengharapkan imbalan” *sok bijak). Tapi kemudian dia membalas “Ngirim apa do? Sebagian textnya ilang”. Ternyata walaupun hanya mengirim sebuah SMS sialnya factor jaringan bisa menjadi kedala, teks SMS dari lagu itu hanya terkirim setengah, padahal saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 malam, itu berarti sisa masa SMA gue tinggal 4.5 jam lagi. Saat itu gue sempat merasa kesal dan berkata dalam hati “Arght dasar factor non-teknis an***, kenapa sih mesti gak datang disaat gue butuhin…”. Bahkan kata-kata itu juga sempat gue jadiin status di Facebook, hehe harap dimaklumilah namanya juga masih SMA, masih rada-rada labil.

Kemudian disaat gue lagi berfikir gimana caranya agar SMS itu terkirim salah seorang mantan gue waktu kelas 2 SMA menelpon gue, dan kami ngobrol tentang masa depan dan mau melanjutkan kemana setelah lulus nanti dan bertukar informasi tentang UMB dan SNMPTN, gue dan dia ngobrol dengan begitu akrab hingga 2 jam, serasa mengobrol dengan sahabat sendiri. Disitu gue berfikir walaupun sudah jadi mantan pacar tapi tali silaturahmi tetap harus dijaga, dan tetap bisa menjalin hubungan yang baik tanpa harus bermusuhan ataupun saling benci walau telah saling menyakiti hati.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 23.15 malam, gue kembali berfikir bagaimana caranya mengirim SMS itu pada cinta pertama gue di SMA, saat itu gue sudah merasa jaringan telah kembali normal dan gue mecoba sekali lagi untuk mengirim SMS itu dan Alhamdullilah akhirnya tertulis laporan bahwa SMS itu telah terkirim sekitar pukul 23.30 malam, sekitar ½ jam sebelum masa SMA gue berakhir. Kemudian aku berkata “Alhamdulillah akhirnya bisa terkirim juga…” guepun merasa lega. Dan beberapa menit kemudian waktu telah menunjukan pukul 12.00 malam, itu berarti sudah tanggal 1 july dan masa SMA guepun telah berakhir, dan disaat itu gue sudah bukan jadi anak sekolah lagi tapi sudah jadi mahasiswa.

Saat itu gue Cuma bisa berkata Alhamdulillah, Walaupun perasaan gue tercapur aduk antara senang dan sedih, gue senang karena gue bisa melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi sekaligus bisa menggapai masa depan yang Insya Allah cerah, tapi disatu sisi gue sedih karena gue harus meninggalkan masa SMA yang bagi gue setiap detiknya sangat berkesan baik dalam suka maupun duka, tapi gue berfikir positif bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini “Seperti manusia walaupun ia tak pernah ingin mati, tapi jika sudah saatnya pasti ia akan mati. Begitu juga dengan masa SMA walaupun kita tidak pernah ingin meninggalkan masa SMA, tapi jika sudah saatnya kita pasti akan meninggalkan masa SMA itu”. Beberapa saat kemudian gue pun tertidur untuk menggapai hari esok seraya berharap semoga hari esok (masa kuliah) akan menjadi hari yang lebih baik dari sekarang (masa SMA).

Itulah hari terakhir di masa SMA gue, bagi gue masa SMA adalah 1082 hari yang setiap detiknya terasa sangat berkesan entah itu dalam suka maupun duka, tulisan ini gue dedikasikan untuk masa SMA gue (15 Juli 2006 - 30 juni 2009) atau yang telah berakhir tepat 2 tahun yang lalu. Akhir kata gue ucapkan untuk masa SMA “Every Moment With You Is The sweetest One…”.

-The End- 

Bonus:

Puisi Kenangan Untuk Bulan July

Aku berdiri di sini di langit yang indah di bulan Juli.
Dengan langit biru cerah dan berawan.
Dengan tanah yang mulai mengering.

Matahari yang mulai membakar seluruh tanah.
Membalikkan batu ke dalam pasir.
Meninggalkan duniaku dengan rasa sakit.

Kepada kecerahan akankah kamu berikan waktumu.
Awan saja memberikan kesempatan ketika mimpi telah menjadi buta.
Kepada kecerahan mengapa kamu membuatku tidak mengerti.
Aku perlu semua hanya hujan yang dapat mencuci semua rasa sakitnya.

Matahari itu telah membakar semua lahan.
Balikkan batu ke dalam pasir.
Tinggalkan duniaku dengan rasa sakit.

Apa yang harus aku lakukan setidaknya untuk mencoba.
Untuk memilih bagian darimu selagi hujan di bulan Juli.
Atau aku harus terbang tinggi ke langit.
Untuk memilih bagian darimu walaupun hujan di bulan Juli.

Bagaimana ku bisa melepaskan rasa sakitku.
Jika semua hal di dunia akan hilang sia-sia.
Jika hujan tidak akan jatuh ke raga.
Dari langit yang indah di bulan Juli.

Aku akan tetap dapat melihatmu.
Walaupun aku tidak bisa merasakan.
Aku merasa kamu dapat mengenang.
Adalah semuanya yang memiliki makna.
Untuk semua itu aku telah mencoba.
Dan disini aku, akan tetap menunggu.

Kepada kecerahan akankah kau memberikan waktumu.
Awan saja memberikan kesempatan ketika mimpi telah jadi buta.
Atau aku harus terbang tinggi ke langit.
Untuk memilih semuanya darimu walaupun hujan di bulan Juli.